SBNpro – Siantar
Masih dalam suasana berkabung, Darwis Damanik yang baru berduka atas kepergian ayah kandungnya, dihadapkan dengan kutipan dari aparatur pemeintah yang sifatnya terkesan “memaksa”. Apalagi ia tahu, kutipan itu sama sekali tidak diperkenankan.
Kamis siang (15/11/2018), Darwis Damanik yang sehari-hari berprofesi sebagai wartawan (jurnalis) disalah satu siaran televisi (TV), bercerita kepada rekan satu profesinya di Kota Siantar.
Pada prinsipnya, bukan nilai uang yang diminta yang dipermasalahkannya. Namun sikap aparat pemerintah Kelurahan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun yang mengharuskan dirinya membayar biaya pengurusan surat kematian orang tuanya, dengan alasan biaya alat tulis kantor (ATK), yang ia sesalkan.
Ia tidak terima dengan sikap seperti itu. Karena ia tahu, tidak ada aturan yang mengharuskan pengenaan biaya pengurusan surat kematian. Ditambah lagi, hal itu dilakukan aparatur pemerintah teraebut terhadap warga yang sedang berkabung.
“Saat saya mau ambil suratnya, stafnya minta uang ATK. Saya sudah bilang inikan gratis. Tapi stafnya tetap maksa, dibilangnya memang begitu peraturannya,” ujar Darwis Damanik.
Dijelaskan, aparatur (staf) di Kelurahan Sarimatondang itu beralasan, kalau kelurahan tidak memiliki anggaran untuk menutupi biaya ATK. “Anehnya, stafnya bilang, memang begitu, karena gak ada anggaran untuk itu,” ucapnya.
Untuk mengurus surat tersebut, Darwis mengatakan, ia telah melengkapi persyaratan untuk mendapatkan surat kematian. Seperti KTP dan Kartu Keluarga. “Saya sudah berduka malah dipungut lagi. Kok sampai hati mereka itu. Kondisi dalam berduka,” katanya.
Menanggapi hal ini, Lurah Sarimatondang, Rita Juli Suriani Tambunan yang dihubungi wartawan dari Kota Siantar, awalnya sempat membantah ada melakukan pungutan biaya pengurusan surat kematian.
Hanya saja, saat dipaparkan penjelasan warga (Darwis Damanik), Rita langsung mengaku malu dengan kejadian tersebut. Ia pun mengatakan, akan mengingatkan setiap stafnya, untuk tidak mengulangi hal pengutipan biaya tersebut.
“Tidak ada pungutan-pungutan dalam surat-surat, semua gratis. Tapi, kalau yang ini memang sudah saya tanyai staf saya, mereka mengaku memang ada tadi yang lakukan itu,” ungkap Rita saat dihubungi lewat ponselnya.
Ia berjanji, besok dirinya akan mengumpulkan seluruh stafnya, guna menindaklanjuti persoalan yang dialami Darwis Damanik. Ia merasa, tindakan stafnya, membuat malu dirinya.
“Kami kan biasa setiap Jumat briefing. Besok saya tanyakan ini. Memang bukan saya yang buat, tapi imbasnya ke saya juga,” paparnya.
Editor : Purba
Discussion about this post