SBNpro – Siantar
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (Himapsi) soroti keberadaan Danau Toba sebagai destinasi wisata Internasional, yang telah diprogramkan Pemerintah Pusat.
Kali ini, sorotan disampaikan Ketua DPP Himapsi, Rado Damanik melalui pesan (siaran pers) Whatsapp (WA) yang diterima SBNpro.com, Jumat (23/11/2018).
Bagi Himapsi, beranjak dari hasil kajian Bank Dunia, yang menyebutkan, Danau Toba telah berada diambang kerusakan parah. Itu terjadi, karena banyak limbah yang dibuang ke Danau Toba.
Beberapa diantaranya, limbah itu berasal dari usaha tambak ikan menggunakan keramba jaring apung (KJA), usaha peternakan babi dan limbah yang dihasilkan masyarakat.
Dimana dijelaskan Rado Damanik lewat siaran persnya, limbah itu membuat air Danau Toba tercemar dan tidak layak untuk dikonsumsi. Sebab, baku mutu air Danau Toba sudah melampaui ambang batas yang ditentukan.
“Sehinga baku mutu air danau toba yang tidak layak dikomsumsi karena sudah melewati ambang batas dan terjadinya endapan lumpur residu pakan ikan di dasar danau, apalagi adanya perambahan hutan yang sangat rakus,” sebut Rado Damanik.
Kondisi seperti itupun menjadi ancaman serius bagi keindahan Danau Toba. Untuk itu, Badan Otorita Danau Toba (BODT) diharapkan Himapsi, dapat mengatasi kondisi Danau Toba seperti itu. Hanya saja, BODT belum juga mampu menyelamatkan danau terbesar kedua di dunia tersebut.
Hanya saja, Himapsi tetap berharap, ada strategi untuk menyelamatkan Danau Toba. Salah satu strategi yang ditawarkan Himapsi, agar pemerintah harus melakukan pendekatan dan melibatkan pegiat lingkungan, seni dan budaya dalam pemgembangan dan penyelamatan Danau Toba.
Dengan demikian, Himapsi sebagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan, berbasis budaya Simalungun, merasa terpanggil untuk turut serta berperan dalam pengembangan wisata melalui pendekatan budaya.
Ditambah lagi didalam budaya Simalungun, yang selama ini kurang mendapat peran, dikatakan Rado Damanik, sesungguhnya leluhur Simalungun memiliki filosofi berupa keseganan masyarakat merusak lingkungan. Serta nilai kebudayaan itu, patut untuk “dipertunjukkan” sebagai modal untuk menarik minat wisatawan.
Editor : Purba
Discussion about this post