SBNpro – Siantar
Satu unit mobil pick-up bergerak mundur, hendak keluar dari sebuah gang yang ada diantara pinggiran sungai Bahbolon dengan Rumah Dinas Walikota Siantar di Jalan MH Sitorus, Kelurahan Teladan, Kecamatan Siantar Barat, kota itu, Minggu siang (25/03/2019).
Empat jurnalis tampak cukup ceria berada dibagian belakang mobil pick-up bersama Ardi alias Bor, seorang skiper arung jeram. Sementara, Kabag Humas dan Protokoler, M Hammam Sholeh tampak sibuk membantu sopir untuk memundurkan mobil.
Keluar dari gang, SBNpro.com dan Hammam Sholeh-pun bergabung dengan 4 jurnalis yang ada dibagian belakang. Sementara, Ferry Napitupulu, jurnalis Topsumutpress.com, terlihat santai berada disebelah sopir.
Mobilpun bergerak maju melintasi sejumlah jalan di Kota Siantar. Hingga akhirnya, mobil berhenti disuatu kawasan perladangan di Kelurahan Nagahuta, Kecamatan Siantar Marimbun. Persisnya didepan rumah yang ada disana.
Didepan rumah itu, skiper arung jeram, Ardi dibantu sopir mobil pick-up, secara perlahan menurunkan perahu yang masih terlipat. Perahu itu kemudian diisi dengan angin.
Sementara, sebagian jurnalis serta Kabag Humas dan Protokoler mulai sibuk memasang perlengkapan untuk ikut mengarungi jeram. Seperti mengenakan pelampung dan pelindung kepala (helm).
Tak lupa, selain Ferry Napitupulu dan sopir mobil pick-up, masing-masing jurnalis dan M Hammam Sholeh memegang dayung untul dibawa ke aliran sungai Bahbolon yang ada di Kelurahan Nagahuta.
Untuk menuju aliran sungai Bahbolon, para penikmat arung jeram berjalan kaki melintasi kawasan perladangan ubi kayu, pisang dan kakao. Ketika itu, perahu digotong oleh Ardi dan sopir mobil pick-up.
Tiba dipinggir Bahbolon, langkah terhenti. Skiper Arung Jeram, Ardi alias Bor, memberikan bimbingan dan arahan. Ia mengarahkan cara memegang dayung dan cara mendayung.
Pada bimbingan singkatnya, Ardi menekankan pentingnya kekompakan saat mendayung. Kemudian, Ardi memeriksa kelengakapan para jurnalis untuk mengikuti arung jeram. Terutama memeriksa ikatan pelampung dan helm.
Arahan Ardi, ditutup dengan doa bersama. Lalu, perahu dimasukkan ke sungai Bahbolon yang ada di Kelurahan Nagahuta.
Satu persatu para jurnalis, diantaranya, SBNpro.com, Imran Nasution dari Siantar 24 Jam, Jansen Siahaan dari Lintangnews.com, Piter Siahaan dari Gorganews.com, Rivay Bakkara dari Newscorner.id, M Hammam Sholeh dan skiper manaiki perahu.
Awalnya perahu bergerak pelan dan tanpa tantangan. Karena aliran air yang dilalui masih cukup tenang. Beberapa saat kemudian, disela-sela Ardi menyampaikan panduan (aba-aba) mendayung, M Hammam Sholeh mengingatkan, agar para wartawan tidak sungkan untuk berteriak.
Tak lama berselang, keriuhanpun tercipta. Teriakan demi teriakan mewarnai separuh perjalanan arung jeram di sungai Bahbolon, seiring dengan perahu memasuki arus air deras dan bergelombang (lembah sungai).
Namun tidak demikian dengan Jansen Siahaan. Ia lebih banyak diam. “Woi, si Jansen takut. Diam aja dia dari tadi,” celetuk Hammam Sholeh bercanda, membuat para jurnalis tertawa, lalu bantahanpun keluar Jansen. “Enggak ah,” ucapnya.
Perahu tetap berjalan mengikuti aliran air Bahbolon. Keriuhan masih terus tercipta. Tak lama, memasuki arus deras dan berlembah lainnya, seluruh pengarung terguncang keras, kekiri dan kekanan.
Bahkan, saat itu M Hammam Sholeh terjatuh ke sungai. Iapun berjuang untuk kembali naik ke perahu. Dibantu Rivay Bakkara dan SBNpro.com, serta kemahiran skiper mengendalikan perahu, Sholeh kemudian berhasil naik kembali keatas perahu.
Tak ada gambaran takut atau menyesal dari raut wajah Sholeh, begitu kembali diatas perahu. Ia tampak aktif kembali memegang dayung.
Pengarungan-pun lanjut kembali menelusuri sungai Bahbolon. Tantangan dan rintangan-pun berhasil dilalui, hingga akhirnya sampai ditempat peristirahatan, tidak jauh dari komplek Rindam I/BB.
Usai beristirahat, arung jeram dilanjutkan kembali. Namun tak lagi banyak tantangan dan rintangan yang berarti, seperti sebelumnya. Saat itu, para pengarung mulai lebih santai.
Tak ada lagi teriakan. Malah yang muncul, naluri para jurnalis yang sedang mengarungi Bahbolon. Itu cukup terasa pada perbincangan selanjutnya diatas perahu.
Para pengarung jeram mulai bercerita suasana sekitar aliran sungai Bahbolon. Mulai dari sampah, patahan pohon bambu, perbedaan kesejukan dan kebersihan air yang dirasakan dibagian awal, serta dibagian bawah setelah Jembatan Merah.
Para jurnalis cukup merasakan perbedaan air sungai Bahbolon sebelum Jembatan Merah dengan sesudah Jembatan Merah. Air terasa lebih sejuk dan lebih bersih dibagian atas sebelum jembatan.
Hal itu diduga karena, jumlah pemukiman penduduk jauh lebih ramai menjelang dan setelah Jembatan Merah, dibanding jauh sebelum Jembatan Merah.
Sehingga diduga, kesadaran masyarakat sekitar Bahbolon, menjadi penyebab perbedaan air disungai yang membela Kota Siantar tersebut.
Dalam hal ini diperkirakan, masyarakat masih membuang sampah ke sungai. Parahnya lagi, limbah kotoran ternak dan ternak yang sudah mati, juga dibuang ke sungai Bahbolon.
Asyik memperhatikan dan bercerita, perahu yang ditumpangi para jurnalis-pun hampir sampai dilokasi sungai Bahbolon dekat Rumah Dinas Bahbolon. “Bah. Sudah sampe-nya. Cepat kali,” gumam Imran Nasution.
KPSB Butuh Rp 500 Juta Jadikan Bahbolon Destinasi di Siantar
Tiba dipinggir sungai Bahbolon dekat Rumah Dinas Walikota, arung jeram para jurnalis-pun berakhir. Selanjutnya, para jurnalis menyantap makan siang bersama Komunitas Peduli Sungai Bahbolon (KPSB) Siantar.
Selepas makan siang, para jurnalis melakukan wawancara dengan anggota dan Sekretaris KPSB Siantar, Andi Supriadi Sinaga alias Ankel.
KPSB adalah kumpulan anak mudah pecinta alam (air). Mereka berasal dari berbagai kumpulan. Mulai dari kelompok yang menyiasati objek wisata Bukit Indah Simarjarung, wisata air terjun Jambuara di Tanah Jawa, Bahkuo (ketiganya di Kabupaten Simalungun) dan juga kelompok yang turut andil mengembangkan wisata di Samosir.
Mereka dikumpulkan Camat Siantar Barat, Saiful. Mereka diajak Saiful untuk membangun objek wisata alam di Kota Siantar. Karena memang, mereka merupakan “anak” Siantar yang berkreasi diluar Kota Siantar.
KPSB sebut Ankel, memiliki mimpi untuk menjadikan sungai Bahbolon sebagai destinasi (objek tujuan wisata alam) di Kota Siantar. Andi Sinaga bersama anggota KPSB lainnya merasa yakin, Bahbolon memiliki nilai jual yang tinggi.
Untuk saat ini, lokasi sungai Bahbolon yang jadi “bidikan” KPSB adalah, kawasan Bahbolon yang ada disebelah Rumah Dinas Walikota Siantar. “Cukup baik lokasi yang ada disini,” ucap Andi.
Dijelaskan Andi, mereka sukses menghadirkan wisatawan ke kawasan air terjun Jambuara, BIS dan Samosir. Mereka juga berkreasi di Bah Damanik, Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Kini, KPSB ingin “menyulap” kawasan Bahbolon disamping Rumah Dinas Walikota. Meski hal-hal kecil telah mereka lakukan. Seperti membangun arena permainan “flying fox”. Membersihkan sampah dialiran serta sebagian kawasan Bahbolon dan lainnya.
Hal terpenting untuk menjadikan Bahbolon sebagai destinasi, sebut Andi, adalah kesadaran masyarakat sekitar Bahbolon, agar tidak membuang sampah maupun limbah kotoran ternaknya ke sungai.
Sebab, tidak ada wisatawan yang mau berlama-lama disungai, bila sungainya kotor dan airnya bau. “Masyarakat harus sadar. Jangan buang sampah dan limbah ke sungai,” ujarnya.
Untuk itu, Ankel berharap peran pemerintah. Termasuk mengarahkan warga, disaat membangun rumah, agar arah bagian depannya menghadap ke sungai. “Rumah menghadap kesungai, juga menjadi daya tarik,” katanya.
Sementara, untuk hal lainnya, menurut Ankel, KPSB berencana membangun taman selfi di kawasan delta (pulau ditengah sungai) yang ada disamping Rumah Dinas Walikota.
Kemudian, membangun bumi perkemahan (kemping) dibagian belakang Rumah Dinas. Tidak hanya itu, ada juga jalur tracking (joging track) untuk pejalan kaki mengitari delta, fasilitas olahraga volley sungai, lokasi outbond dan lainnya.
Hanya saja, untuk mewujudkan “mimpi” itu, KPSB membutuhkan biaya sebesar Rp 500 juta. “Untuk mewujudkan itu, butuh biaya 500 juta (rupiah),” ungkap Ankel dengan yakin.
Editor : Purba
Discussion about this post