SBNpro – Siantar
Dibesarkan dari keluarga petani asal Saribudolok, Simalungun, nama Mangapul Purba kini cukup dikenal di kalangan politisi. Mangapul sudah melakoni sejumlah peran di partai politik, khususnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Diawali tahun 1998, Mangapul menjadi Satuan Tugas (Satgas) PDIP. Tahun 2000 menjadi pengurus Ranting PDIP Kelurahan Saribudolok. Kemudian, tahun 2002 menjadi pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) PDIP Kecamatan Silimakuta. Tahun 2004 menjadi Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Simalungun.
Masih di tahun 2004, Mangapul mengikuti pemilihan legislatif (pileg) dari PDIP dan dipercayakan rakyat menjadi anggota DPRD Simalungun. Mangapul pun menjabat sebagai Ketua Komisi II dan di tahun 2006 menjabat sebagai Ketua Komisi IV.
Lima tahun berlalu, di pileg 2009, Mangapul kembali maju dari PDIP dan lagi-lagi dipercayakan rakyat menjadi aggota DPRD Simalungun. Tahun 2009 hingga 2011, Mangapul menjabat Ketua Komisi III. Dan di tahun 2011 hingga habis masa periode di tahun 2014, Mangapul menjabat Ketua Komisi I.
Selanjutnya, di tahun 2015, PDIP mempercayakan Mangapul untuk mengemban jabatan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sumatera Utara (Sumut).
Tahun 2016, Mangapul menjadi Ketua Badan Pemenangan (BP) Pemilu DPD PDI Perjuangan Sumut. Tahun 2017 menjadi Ketua Pemenangan Djarot-Sihar dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara.
Dan di tahun 2018, Mangapul menjadi Wakil Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf serta Koordinator Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Sumut.
“Apa yang kita raih tak lepas dari kerja keras yang kita lakukan selama ini,” kata Mangapul kepada BENTENG SIANTAR, Sabtu (6/4/2019).
Pria berbadan tegap ini kini bertarung dalam perebutan kursi di DPRD Sumut. Calon nomor urut 1 ini berjuang di daerah pemilihan Sumut X, meliputi Siantar dan Simalungun.
Di sela-sela kesibukannya sebagai politisi, Mangapul selalu menyempatkan diri untuk bertani. Mangapul berbudidaya jeruk di dua daerah di Simalungun, yakni Saribudolok dan Tiga Dolok. Mangapul mengusahai 8 hektar ladang jeruk.
Tak jarang, masyarakat menyebut Mangapul sebagai putra ladang.
Mangapul berprinsip, apapun yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, pasti membuahkan hasil.
“Siapapun bisa menjadi apapun. Termasuk petani, bisa menjadi politisi. Tinggal bagaimana cara kita bergaul dan membangun jaringan,” ujarnya.
Ke depan, Mangapul berencana, memaksimalkan sinergi antara petani dan instansi terkait, seperti dinas pertanian, perdagangan, koperasi, serta pelaku utama pemasaran, untuk kesejahteraan petani itu sendiri.
Sebab, Mangapul melihat, dalam mata rantai pemasaran, para petani, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, masih memiliki posisi tawar yang rendah dan penguasaan akses pasar masih terbatas.
“Fluktuasi harga masih tidak beraturan,” ucapnya.
Oleh karena itu, kata Mangapul, jika instansi pemerintah mampu menjembatani hubungan kerjasama antara pekaku utama dengan pelaku usaha, maka jarak antara petani dan pedagang bisa diperkecil.
“Akses pasar dan stabilitas harga adalah hal mutlak. Itu tidak bisa ditawar jika ingin melihat petani kita sejahtera,” tegasnya.
Namun, tambah Mangapul, untuk mencapai hal itu. Keseriusan sangat diperlukan. Sebab, realita di lapangan menunjukkan bahwa tidak mudah membangun sinergi lintas sektoral, karena selain masing-masing istansi masih mempertahankan ego sektoral, ketersediaan data yang akurat dan valid juga sering menjadi kendala.
Mangapul berpendapat, masih banyak instansi yang hanya memiliki data manual yang keakuratan dan validitasnya masih diragukan. Padahal, kalau setiap instansi terkait sudah memiliki data digital yang bisa diakses secara online, tentu akan lebih mempermudah sinergi antar instansi tersebut.
“Itulah yang kemudian menjadi titik lemah, belum efektifnya sinergi lintas sektoral dalam membantu pemasaran produk pertanian. Makanya, keseriusan dibutuhkan di sini,” imbuhnya. (Rel)
Discussion about this post