SBNpro – Siantar
Pewaris (keturunan) Raja Sidamanik Op Naihorsik lakukan ziarah kubur ke makam Raja Sidamanik Op Naihorsik, Tuan Torkis Damanik yang terletak di Kelurahan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (11/09/2021).
Selain ziarah ke makam Raja Sidamanik, sebelumnya keturunan “Oppung” (Op) Naihorsik terlebih dahulu “membersihkan” diri dengan “maranggir”. Maranggir merupakan tradisi etnis Simalungun, yakni, berupa ritual untuk membersihkan diri dan untuk menghindari (mengusir) bala, juga tradisi keturunan Op Naihorsik.
Biasanya, tradisi itu dilakukan pewaris setiap tahun, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Kegiatan diselingi dengan acara makan bersama (mangan riap) dan menyatukan tujuan (pasadahon riah).
Salah satu cicit Op Naihorsik, Marliene Neroslen br Damanik di dampingi Ketua Pengurus Oppung Naihorsik (ONIH) Siantar, Tuan Budi Damanik, serta Tuan Aguslim Damanik dan Koordinator Kegiatan Ziarah dan Maranggir Tuan Rado Damanik, mengatakan, saat ini ada 11 keturunan Raja Sidamanik Op Naihorsik.
Adapun ke 11 pewaris Op Naihorsik itu adalah, Tuan Raja Riahan, Tuan Silau Maraja, Tuan Said Dadih, Tuan Nai Singa, Tuan Atik/Manik Maraja, Tuan Nai Tukkup/Pematang Sidamanik, Tuan Manik Hataran, Tuan Manik Tongah, Tuan Bandar Hobun, Tuan Gunung Serawan dan Tuan Nagur Bayu.
Para pewaris itu, lanjut Marliene Neroslen br Damanik, mereka selalu bergandengan tangan untuk melestarikan tradisi leluhur, serta akan terus mempertahankan kebersamaan (persatuan) para keturunan Op Naihorsik.
“Jadi melalui kegiatan ini, kita tekankan kepada seluruh keturunan Oppung Naihorsik untuk tidak sampai menyimpang dari Habonaron Do Bona, atau yang sering kita sampaikan, ulang marsietek-etekan i bagas (jangan saling mengecilkan) keturunan Oppung Naihorsik”, ucap Marliene.
Marliene menjelaskan, Oppung Naihorsik merupakan pendiri (pamukkah) Kerajaan Sidamanik. Kerajaan pertama kali bertempat di Huta Etek atau yang saat ini dikenal dengan Kelurahan Sarimatondang, pada tahun 1760.
Opung Naihorsik adalah putra Raja Siantar. Ia diberikan warisan oleh ayahnya, Raja Siantar untuk memegang kekuasaan di wilayah Sidamanik.
Di Huta (Kampung) Etek, sebut Marliene, menjadi sejarah dari Op Naihorsik. Di huta itu, juga ditemukan lokasi bersemedi Op Naihorsik. Juga ada lokasi pemandian raja, yakni Bah Damanik, yang saat ini menjadi tempat wisata yang sering dikunjungi wisatawan lokal. Tempat bersemedi dan pemandian raja, merupakan tempat yang sakral pada zamannya.
Dijelaskan Marliene, pemandian Bah Damanik merupakan tempat mandi “paranggiran” Op Naihorsik, bukan tempat pemandian umum. Sebab, tempat pemandian raja menjadi salah satu hal yang dikeramatkan. Sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk ke Bah Damanik dimasa itu.
“Itulah arti dari semua acara-acara kita, dan berharap dengan tradisi ini seluruh keturunan Oppung Naihorsik mempunyai hati yang suci dan terang serta saling mengayomi”, ujarnya.
Sementara, Ketua ONIH Siantar Tuan Budi Damanik mengatakan, acara ziarah dan maranggir berupa warisan dan petuah dari leluhur. Sehingga harus dipertahankan oleh keturunan Op Naihorsik secara turun temurun.
“Oleh karena itu, melalui tradisi ini, seluruh keturunannya tahu dengan sejarah agar pembelajaran untuk keturunan Oppung Naihorsik bahwa makam dan pemandian Bah Damanik itu merupakan warisan dari Oppung Naihorsik sebagai sipukkah Huta di kerajaan Sidamanik dan milik keturunan Oppung Naihorsik,” tuturnya.
Sedangkan Koordinator Kegiatan, Tuan Rado Damanik mengatakan, kegiatan dapat terselengara atas dukungan Keluarga Besar Damanik dan “tondong” Guru Marga Naibaho.
Pada moment itu, persisnya menjelang dipenghujung acara ziarah dan maranggir, pewaris Op Naihorsik menggelar doa bersama, dengan memanjatkan pengharapan kepada tuhan, agar pandemi Covid-19 segera berakhir. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post