SBNpro – Siantar
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kota Siantar kembali menggelar razia penertiban gelandangan dan pengemis (gepeng) di Kota Siantar, Sumatera Utara, Rabu (15/12/2021).
Hingga siang, lima pengemis terjaring razia. Mereka terjerat razia saat mengemis di Jalan Kartini (depan Toko Roti Ganda), Jalan Sutomo (juga dari depan Toko Roti Ganda) dan Jalan Merdeka – Lampu Merah Makam Pahlawan.
Dari lima pengemis yang terjaring, tak satupun diantaranya merupakan warga Kota Siantar. “Seluruhnya warga dari luar Siantar ini,” ucap Pekerja Sosial pada Dinsos P3A Kota Siantar Efendi Sibarani, saat melakukan pendataan.
Adapun ke lima pengemis itu diantaranya, Fatimah (65 tahun), warga Kabupaten Serdang Bedagei, Ani br Hasibuan (61 tahun) warga Kota Tebing Tinggi, Rita P Samosir (58 tahun) warga Tiga Dolok, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, serta pasangan suami istri Fernando Ambarita dan boru Sinaga, juga warga Tiga Dolok.
Efendi Sibarani mengatakan, Dinsos P3A telah berulang kali menggelar razia penertiban gepeng. Namun yang terjaring, umumnya warga dari luar Kota Siantar.
Katanya, keberadaan pengemis marak di Kota Siantar, tidak terlepas dari rasa suka dari para pengemis itu sendiri terhadap warga Kota Siantar, ketika mereka melakukan aksi untuk meminta belas kasihan. Warga Siantar itu, sebutnya, tidak pelit.
“Karena orang Siantar baik-baik dan tidak pelit memberikan uang,” ucap Efendi Sibarani, beranjak dari pengakuan pengemis yang selama ini terjaring razia, lalu menambahkan, pengemis di Siantar bisa menghasilkan Rp 200 ribu perhari, bahkan lebih.
Hal itu diakui para pengemis yang terjaring. Seperti disampaikan Ani br Hasibuan, warga Kota Tebing Tinggi yang terjaring razia Dinsos P3A Kota Siantar.
Sebut Ani, bila ia mengemis di Kota Tebing Tinggi, untuk mendapatkan Rp 2 ribu, cukup sulit. Sedangkan di Siantar, dengan waktu yang tidak terlalu lama, ia bisa mendapat uang yang ia butuhkan untuk kebutuhan hidup. Setidaknya, ia bisa mendapat puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
“Kalau di Tebing (Kota Tebing Tinggi), mencari dua ribu saja payah,” ungkap Ani.
Dengan demikian, lanjut Ani, tidak jarang ia mengemis di Kota Siantar, hanya sampai jam 15.00 WIB. Setelahnya, kembali pulang ke Kota Tebing Tinggi dengan menumpang bus. “Jam-jam tiga aku sudah pulang,” ujarnya.
Tutur Ani, ia memiliki tiga orang anak. Satu anaknya cacat. Sehari-hari anaknya yang cacat bekerja sebagai pemulung. Sedangkan satu anaknya ada di Jakarta. Namun anaknya yang di Jakarta, sebutnya, tidak mengakui dirinya. Karena sudah 20 tahun tidak pernah kembali.
Kemudian satu lagi anaknya, ia tidak tahu dimana keberadaannya. “Aku tinggal sama anakku yang cacat di Tebing. Ada rumah papan dan tepas, dikasih orang kami tempati,” ucapnya.
Pengemis lainnya, pasangan suami istri, Fernando Ambarita dan boru Sinaga, saat berada di ruang pembinaan Dinsos P3A, tampak memainkan handphone cerdas (smartphone) android miliknya. Kepada petugas mengaku, setengah hari ia dapat Rp 70 ribu.
Sementara itu, pejabat fungsional penyuluh pada Dinsos P3A, Novri Sialagan mengatakan, para pengemis yang terjaring razia akan diberikan pembinaan. Selanjutnya, masing-masing akan diantar ke daerah asalnya, dengan berkoordinasi dengan Dinas Sosial setempat. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post