SBNpro – Siantar
Imlek kerap dimanfaatkan sebagai moment membuat amal kebajikan. Seperti bakti sosial dengan berkunjung dan bersedekah ke panti jompo, panti sosial, panti yatim, berdonasi ke tempat ibadah serta melepaskan binatang ke alam bebas.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Siantar, Rudi Wu SPd, disela-sela perayaan Imlek tahun 2022 ini di Kota Siantar, Selasa (01/02/2022).
Katanya, kepercayaan tersebut seiring dengan salah satu inti doktrin Buddhist, yakni jangan berbuat kejahatan, perbanyak kebajikan dan bersihkan hati dan pikiran.
Warga yang melakukan amal kebajikan, semisal melepas binatang, seperti burung, ikan, kura-kura, kodok, ular, jangkrik dan lainnya ke alam bebas, dinyakini akan mendapatkan karma baik.
Amal kebajikan seperti itu, sebutnya, akan melancarkan segala urusan dalam kehidupannya dan menjauhkannya dari segala rintangan maupun mara bahaya (tagihan hutang karma).
“Diyakini, melepaskan binatang air ke sungai akan membuahkan kelancaran dalam berurusan. Melepaskan burung, berunsur angin akan membuahkan ketenaran dan mendapatkan kabar baik. Melepaskan kura-kura akan membuahkan kesehatan prima dan panjang umur. Melepaskan binatang ke hutan yang berunsur tanah, akan mendapatkan berkah kemakmuran,” ucap Rudi Wu.
Alumni anggota DPRD Kota Siantar lebih lanjut mengatakan, kenyakinan tersebut dilatari dari suatu legenda perjuangan salah satu murid sang Buddha, yakni, Bhiksu Mongalana. Bhiksu ini berupaya dan kesulitan menolong arwah ibundanya yang terlahir di neraka .
Lalu Sang Buddha mengajukannya untuk berbuat amal kebajikan yang kongkrit, serta setelahnya melakukan pelimpahan jasa kebajikan kepada arwah ibundanya. “Dengan demikian akan terlunasi karma buruk ibundanya, baru bisa terhindar dari penderitaan di neraka,” tuturnya.
Doktrin Buddhist juga mempercayai adanya hukum karma. Yakni, sebutnya, berupa hukum sebab akibat dari perbuatan. Oleh karena itu, kondisi atau nasib maupun takdir seseorang ditentukan oleh perbuatannya sendiri. “Baik buruk, bagus tidaknya kehidupan seseorang, dialah penentu sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan Rudi Wu, doktrin Buddhist menekankan pengertian dan kesadaran yang benar. “Bukan semata pemaksaan atau bahkan ketahyulan yang bersifat iming-iming atau menakut- nakuti,” katanya.
Dalam mengamalkan setiap ajaran Sang Buddha, dianjurkan dengan akal sehat, nuraniah dan asas manfaat (ehipasiko) serta tidak semata langsung terima dan percaya.
“Intinya hidup adalah pilihan dan nasib serta takdir adalah perbuatan. Kita sendiri sang pembuat, maka kitalah sang empunya nasib dan takdir hidup ini,” tandasnya. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post