SBNpro – Simalungun
Sudah satu pekan aliran air dari PDAM Tirta Lihou mati di tiga nagori (desa) di Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Warga di tiga nagori itu pun dibuat merana oleh perusahaan milik Bupati Simalungun tersebut.
Persisnya, aliran air mati terjadi di Nagori Dolok Parmonangan, Gunung Mariah dan Nagori Tiga Dolok. Disebut, air mati karena longsor yang terjadi di Huta Naga, Nagori Dolok Parmonangan.
“Sudah 1 minggu air kami mati. Katanya ada longsor di Huta Naga, Nagori Dolok Parmonangan,” ucap Jekson Butar-butar, Senin (06/11/2023), salah seorang warga Tiga Dolok yang merasa merana karena buruknya pelayanan PDAM Tirta Lihou.
Kata Jekson, air mati karena longsor merupakan alasan yang sudah sangat sering diterima warga Dolok Panribuan. Namun, antisipasi dari PDAM terkesan tidak maksimal.
“Karena di setiap musim penghujan, selalu air sering mati karena longsor. Tapi tetap saja PDAM memasang pipa distribusinya di tebing tanpa penyangga,” ujarnya.
Lebih lanjut diungkap Jekson, dalam satu bulan pada 4 bulan belakangan ini, setiap hari, aliran air mati secara bergantian di pemukiman warga.
“Bolak balik air mati pada setiap bulannya. Nanti sebelah kiri (kawasan pemukiman warga) hidup, sebelah kanannya mati. Itu terjadi sejak 4 bulan terakhir ini. Karena kalau musim hujan, pecah pipanya,” sebutnya.
Dampak dari matinya aliran air PDAM Tirta Lihou tersebut, masih menurut Jekson Butar-butar, membuat warga semakin menderita.
Air mati berkepanjangan, membuat biaya hidup bertambah besar. Sebab, untuk kebutuhan air bersih, warga harus membeli air kemasan. “Itu masih untuk keperluan makan, minum dan memasak,” tuturnya.
Kemudian, warga harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mandi di mata air atau umbul. Akibatnya, tidak jarang pelajar terlambat ke sekolah. Bahkan, terkadang ada yang tidak masuk sekolah.
Selain itu, warga juga berpotensi terkena penyakit kulit dan gatal-gatal. Itu terhadap sebagian warga yang memanfaatkan air “bondar” (irigasi) untuk mandi, mencuci pakaian dan mencuci barang pecah bela.
Katanya, pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) juga tedampak. Terutama pedagang rumah makan dan warung kopi. Mereka kewalahan untuk mendapatkan air bersih. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post