SBNpro – Siantar
Pertumbuhan ekonomi Kota Siantar dalam tiga tahun terakhir alami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Namun diyakini Bank Indonesia (BI), ditahun 2019 ini, pertumbuhan ekonomi Siantar akan terus membaik.
Demikian disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar, Elly Tjan pada “Bincang-bincang Kondisi Ekonomi” dengan jurnalis (wartawan) yang digelar di lantai III Gedung Kantor Perwakilan BI Pematangsiantar, Senin (15/04/2019).
Pada bincang-bincang itu, Ely Tjan menjelaskan tingkat inflasi dan kondisi ekonomi nasional, Sumatera Utara dan Kota Siantar. Termasuk, menyampaikan kondisi terkini pertumbuhan ekonomi, dengan indikator dari sisi inflasi dan perbankkan.
Katanya, perekonomian Kota Siantar ditopang oleh tiga sektor utama. Diantaranya, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan Sepeda Motor. Kemudian, sektor industri pengolahan, serta Sektor
konstruksi.
Merilis informasi yang disajikan BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Kota Siantar alami perlambatan dalam tiga tahun terakhir.
Dimana, PDRB Kota Siantar pada tahun 2017 tumbuh 4,41 persen (year of year/yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2016 sebesar 4,86 persen (yoy).
Namun untuk periode 2019, Bank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar membaik. Hal itu akan ditopang dengan peningkatan konsumsi dan adanya faktor pendorong Pilkada pada tahun 2018 lalu.
Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan nasional juga mencatat
peningkatan dibanding 2017. Tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara 5,18% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2017 sebesar 5,12% (yoy).
Adapun pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 5,17% (yoy), lebih tinggi dibanding 2017 sebesar 5,07% (yoy). Secara keseluruhan pada tahun 2019, ekonomi Kota Siantar diperkiraan akan terus membaik. Peningkatan pertumbuhan ekonomi iti dipengaruhi perbaikan permintaan domestik dan terjaganya daya beli masyarakat.
Selanjutnya, pelaksanaan Pemilu legislatif dan Pilpres tahun 2019, juga turut mendorong peningkatan konsumsi swasta dan rumah tangga, serta mendorong pertumbuhan ekonomi tahun berjalan.
Di sisi lain, ekonomi Kota Siantar, Sumatera Utara dan domestik dihadapkan pada tantangan perlambatan ekonomi global, penurunan volume perdagangan dunia, trade war dan adanya sikap wait and see pelaku usaha dalam merealisasikan investasi.
Disisi inflasi, Bank Indonesia optimis inflasi di Kota Siantar hingga akhir periode 2019 masih akan berada pada rentang sasaran nasional 3,5% ± 1%. Hal tersebut juga terbaca dari inflasi kumulatif Kota Siantar hingga periode Maret yang masih mencatat deflasi 0,02% (ytd).
Realisasi inflasi Kota Santar pada periode Maret mencatat inflasi sebesar 0,27 % (mtm) atau 2,00 % (yoy). Tekanan inflasi pada periode Maret meningkat dibandingkan periode Februari yang deflasi 0,29 % (mtm). Atau secara tahunan inflasi 1,90 % (yoy). Realisasi inflasi juga tercatat lebih tinggi dibanding historis Maret dalam tiga tahun terakhir. Yaitu 0,33 % (mtm) atau 4,42% (yoy).
Kondisi inflasi pada
periode Maret disebabkan peningkatan harga tomat buah, cabai merah dan bawang merah.
Sementara itu, laju inflasi tertahan dengan adanya penurunan harga dencis, teri dan udang basah.
Terkendalinya inflasi di kota Siantar tidak terlepas dari upaya TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Kota Siantar dalam penguatan koordinasi dan pelaksanaan program pengendalian inflasi daerah.
Rapat koordinasi TPID Kota Siantar dilaksanakan secara rutin setiap bulannya, dengan melibatkan seluruh anggota TPID dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di lingkungan Pemko Siantar.
Rapat TPID periode April 2019, yang dilaksanakan hari ini, dipimpin langsung oleh Ketua TPID Kota Pematangsiantar (Walikota Siantar), Hefriansyah SE MM, dan turut dihadiri Sekda Kota Siantar, Budi Utari AP.
Pada rapat itu dibahas progress pelaksanaan program 4K
(Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Ekspektasi) yang telah dilaksanakan sepanjang triwulan I tahun 2019. Serta membahas rencana pelaksanaan program
pengendalian inflasi pada periode Ramadhan mendatang.
Pada rapat tersebut turut pula dibahas, hasil pantauan harga komoditas pangan strategis, ketersediaan pasokan pangan, serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi ke depan.
Pembahasan tersebut diharapkan dapat menjadi input dalam perumusan kebijakan untuk pengendalian inflasi di Kota Siantar.
Penguatan koordinasi antar TPID kabupaten/kota juga berperan penting dalam upaya pengendalian inflasi. Koordinasi TPID Kota Siantar bersama 7 kabupaten/kota lainnya di wilayah kerja Kantor Perwakilan BI Pematangsiantar pada tanggal 14 Maret 2018 lalu menekankan pada peningkatan peran pemerintah daerah dan BUMD dalam upaya pengendalian inflasi.
Kegiatan high level meeting yang dipimpin oleh Sekda Kota Siantar, serta dihadiri oleh Wakil Bupati
Labuhanbatu Selatan dan Sekda Asahan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan untuk
ditindaklanjuti.
Diantaranya kesepakatan yang perlu ditindaklanjuti itu adalah peningkatan peran Pemda (Pemerintah Daerah, baik Pemko maupun Pemkab) untuk mengurangi rantai distribusi. Kemudian, stabilisasi harga melalui subsidi dan operasi pasar.
Kesepakatan lainnya, mendorong diversifikasi produk dan pemasaran hasil olahan pertanian, mendorong perdagangan antar daerah melalui kerjasama BUMD. Serta yang terakhir, kesepakatan menyusun dan mengatur jadwal tanam di masing-masing kabupaten/kota.
Di samping itu, sebagai arahan program kerja ke depan, serta evaluasi program tahun 2019, seluruh TPID sepakat menyampaikan peta jalan TPID dan evaluasi kinerja TPID sesuai dengan waktu yang ditetapkan Pokjanas.
Dari sisi perbankan, indikator perbankan menunjukkan beberapa perlambatan pertumbuhan aset
dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Pada periode Februari 2019 aset perbankan di Kota Siantar tercatat tumbuh 6,05 (yoy), lebih rendah dibanding periode Februari 2018 yang tumbuh pada level 11,78% (yoy).
Sementara itu, DPK perbankan kota Pematangsiantar tumbuh 4,94% (yoy), lebih lambat dibanding Februari 2018 sebesar 14,43% (yoy).
Kondisi itu disebabkan perlambatan pertumbuhan tabungan dan deposito, yang merupakan pangsa terbesar DPK Kota Siantar. Tabungan, yang mencakup 51,6% total DPK kota Pematangsiantar, mencatat pertumbuhan 5,49% (yoy), ebih rendah dibanding pertumbuhan DPK Februari 2018 sebesar 11,82% (yoy).
Sementara itu, deposito
(pangsa 40,98% dari DPK) tumbuh 7,83% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan periode Februari 2018 yang mencapai 22,51% (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan di Kota Siantar mencatat peningkatan. Kredit perbankan di Siantar pada periode Februari tumbuh 13,32% (yoy), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 11,20% (yoy).
Pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh peningkatan kredit konsumsi dan modal kerja. Kredit
konsumsi, yang memiliki pangsa kredit 52,3%, tumbuh 23,76% (yoy). Kredit modal kerja, dengan pangsa 35,8% dari total kredit disalurkan, tumbuh 9,33% (yoy). Sementara itu, kredit investasi menunjukkan penurunan 10,28% (yoy).
Hal ini turut mengindikasikan kecenderungan pelaku usaha
yang wait and see dalam merealisasikan investasi. Sejalan dengan pertumbuhan kredit tersebut, fungsi intermediasi perbankan yang ditunjukkan dari
indikator loan to deposit ratio (LDR) juga menunjukkan perbaikan.
LDR perbankan Kota
Siantar pada periode Februari 2019 berada pada level 76,87%, lebih tinggi dibanding LDR
pada Februari 2018 sebesar 71,19%.
Melihat berbagai indikator ekonomi tersebut, Bank Indonesia optimis perekonomian Kota
Siantar pada akhir periode 2019 akan lebih baik dibanding tahun 2018 lalu. (Rel)
Discussion about this post