SBNpro – Siantar
PTPN IV ciptakan “sungai” di kawasan Kebun Marjanji, Afdeling Naga Huta, Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Siantar, Sumatera Utara. Bahaya pun mengancam. Termasuk ancaman jalan menjadi rusak.
Aliran “sungai” tercipta, dampak dari pengerjaan pengorekan lahan (tanah). Dengan lebar lahan yang digali (dikorek) di bagian permukaan sekira 4 meter, dan kedalaman sekira 3 meter.
Pengorekan lahan yang jaraknya berdekatan dengan badan jalan tersebut, panjangnya, dari setelah proyek jalan tol, nyaris di sepanjang Jalan Naga Huta hingga mendekati simpang Jalan Lapangan Tembak. Dan pada titik tertentu, ada lahan yang tidak digali.
Pantauan SBNpro, Jumat (24/06/2022), sebagian hasil galian tampak kering. Sedangkan bagian lainnya berisi genangan air. Sehingga terkesan PTPN IV menciptakan aliran “sungai” baru di Naga Huta.
Warga sekitar, Agustian Tarigan mengatakan, kegiatan pengorekan lahan itu cukup membuatnya merasa takut. Sebab lahan yang digali cukup lebar dan dalam. Sehingga bisa menghadirkan ancaman bagi warga Naga Huta.
Dikatakan membahayakan warga, terutama terhadap anak dibawah umur 12 tahun yang masih suka bermain hujan. Dikhawatirkan anak yang sedang bermain hujan tergelincir ke dalam galian, lalu tenggelam, atau terbawa arus air.
“Terus terang, aku keberatan dengan galian itu. Bisa membahayakan anak-anak. Kalau hujan gimana? Kan bisa mengancam anak yang sedang mandi hujan,” ucap Agustian Tarigan.
Serta tidak menutup kemungkinan juga, lanjutnya, pengendara sepeda motor dan mobil yang kurang berhati-hati, juga bisa masuk ke dalam galian tersebut.
“Jadi sebaiknya Pemko Siantar meminta PTPN IV segera menutup kembali galian tersebut. Ingat, ini kota. Bukan kabupaten. Jadi banyak warga yang bermukim di Jalan Naga Huta sekitarnya,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, tuturnya, galian itu juga bisa mempercepat terjadinya kerusakan terhadap badan jalan. Karena jaraknya dari badan jalan tidak terlalu jauh.
“Nantinya galian itu akan semakin lebar, karena tanah akan terkikis bila hujan turun. Bila itu terjadi secara terus menerus di saat hujan turun, maka akan sampai ke badan jalan. Lalu, jalan pun akan rusak,” tandasnya.
Pria bertubuh tambun ini mencontohkan sebagian Jalan Asahan di Simalungun yang rusak karena adanya galian yang jaraknya tidak jauh dari badan jalan.
“Jangan gara-gara supaya hewan ternak (lembu) tidak masuk ke areal kebun, PTPN malah hadirkan ancaman bahaya terhadap warga, dan ancaman jalan rusak,” katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Siantar, Dedi Tunasto Setiawan mengatakan, pihaknya akan memeriksa dengan meninjau langsung ke Naga Huta.
Kemudian, katanya, setelah pemeriksaan, Dinas PUPR Kota Siantar akan melayangkan surat ke PTPN IV. “Kita cek dulu. Nanti kalau apa, kita surati,” sebut Dedi Tunasto Setiawan, lalu menghubungi pegawai Dinas PUPR melalui ponselnya, agar segera meninjau lokasi pengorekan lahan di Naga Huta. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post