SBNpro – Siantar
Dari Kota Siantar, ukiran khas Batak Toba, “melanglang buana” hingga ke Yogyakarta dan Bali. Bahkan hingga ke daerah penghasil ukiran, Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Itu terjadi, berkat hasil karya seniman ukir khas Batak, Bima Marpaung. Pria muda, yang masih berusia 22 tahun. Namun cukup mahir mengerjakan berbagai ukiran khas Batak.
Setiap harinya, Bima Marpaung beraktivitas disebuah rumah yang ia tempati bersama rekan-rekannya, di Jalan Hoki, Kelurahan Banjar, Kecamatan Siantar Barat, Kota Siantar, Sumut.
Di Kota Siantar, Bima merupakan anak rantau. Karena aslinya, ia berasal dari Kabupaten Toba Samosir. Sudah dua tahun ia menetap di Kota Siantar, dengan menggeluti “dunia” seni ukir khas Batak Toba.
Seni ukir yang ia geluti, tidak terlepas dari rasa cintanya terhadap budaya. Khususnya budaya Batak. Sehingga, Bima lebih memilih mengukir ukiran, bernuansa budaya leluhurnya.
Bima berharap, dengan perannya, budaya Batak dapat terus dilestarikan. Untuk itu, ia tak lupa mengajak anak muda untuk mencintai budayanya.
Ukiran yang dihasilkan Bima, kebanyakan berupa aksesoris. Dengan berbagai bentuk ukiran. Seperti, singa-singa, tusuk konde, sirih Batak, dan kotak perhiasan.
Ditemui jurnalis Senin (03/09/2018), Bima berjanji dengan dirinya, ia akan selalu melestarikan budaya Batak. Tentunya melalui seni ukir yang ia tekuni.
Katanya, ia akan mempertahankan hasil karyanya, tanpa meninggalkan makna dari ornamen asli dari budaya Batak. Dengan harapan, budaya Batak tidak tergerus dengan budaya asing.
Bahkan, untuk lebih mengenalkan ukiran khas Batak, Bima kerap menjelaskan makna maupun filosofi Batak dari ukiran yang ia hasilkan. Penjelasan itu ia sampaikan kepada setiap pembeli yang datang ketempatnya beraktivitas.
Dikatakannya, saat ini, ukiran khas Batak berupa aksesoris yang ia produksi, cukup banyak mendapat perhatian (pesanan) dari Bali, Yogyakarta, dan bahkan Jepara.
Editor : Purba
Discussion about this post