SBNpro – Siantar
Menjelang matahari tepat berada di atas ubun-ubun, hamparan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) di Keluarahan Tanjung Pinggir itu, semakin mengeluarkan aroma menyengat. Asap mesin diesel truk pengangkut sampah, turut menambah aroma yang terlalu berat untuk dirasakan. Namun, begitu limbah warga Siantar itu diturunkan dari truk, puluhan pemulung berlomba mencari barang bekas yang masih punya nilai ekonomis.
Seorang pemulung di sana, Mak Roni Silalahi, warga Jl.Medan Km 6.5 Huta Bagasan terlihat semangat memungut berbagai jenis barang bekas. Bertudung kain di kepala dan mengenakan baju bercorak Korpri yang sudah sobek di banyak bagian, dia telihat mampu mengabaikan terik matahari maupun tajamnya aroma tak sedap di sana.
Wanita beranak 6 itu mengaku sudah 12 tahun mengadu nasib dengan mengais rezeki dari tumpukan sampah di sana.
“Ya inilah jalan dikasih Tuhan dek, mau gimana lagi. Mau kerja pabrik pun umur sudah tua. Disyukurin ajalah dek,” ujar Mak Roni.
Jenis barang rongsokan yang dicari para pemulung, jelas Mak Roni, seperti bekas botol air mineral, barang-barang dari plastik, kertas karton, dan barang bekas apa saja yang masih laku dijual.
“Nanti ini semua saya jual ke Lorong III Parluasan. Kalau penghasilan satu bulan tidak sampailah satu juta. Tapi dicukup-cukupilah untuk membeli sembako, apalagi sekarang harga-harga sedang turun,” katanya.
Dari hasil penjualan barang rongsokan itulah, wanita yang dulu pernah berdagang di pasar pagi parluasan itu, menghidupi 6 orang anaknya dan juga biaya sekolah. Dua anaknya saat ini sedang duduk di perguruan tinggi swasta yang ada di Siantar dan satu orang lagi di perguruan tinggi swasta di Kota Medan.
Discussion about this post