SBNpro – Siantar
Satu dari ratusan karyawan PTPN III diduga kerasukan setan saat melakukan penanaman bibit kelapa sawit di Kelurhan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Siantar, Sumatera Utara, Selasa (21/06/2022).
Karyawan yang diduga kerasukan itu bernama Trisno, warga Serapu, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Diperkirakan, usianya 30-an tahun.
Selasa pagi, karyawan PTPN III Kebun Bangun lakukan penanaman bibit sawit dibawa pengamanan personil Polres Siantar dan Satpam PTPN III. Sebelum bekerja, seluruh karyawan terlebih dahulu menyantap sarapan (makanan) yang sudah disediakan.
Beberapa jam bekerja, tiba-tiba satu unit “kereta” (sepeda motor) melaju kencang dari arah lokasi penanaman. Ada tiga orang yang berada diatas sepeda motor. Mereka melintasi lapangan bola, dan tiba di depan Kantor Afdeling IV Kebun Bangun, Kelurahan Gurilla.
Salah satu yang ada diatas “kereta” adalah Trisno. Ia berada ditengah, diantara Fredi dan pembawa (pengemudi) “kereta”. Saat itu tampak posisi tangan Trisno terentang dan tegang.
Bukan hanya tangan, saat proses diturunkan dari “kereta” menuju salah satu ruangan, kaki dan badan Trisno juga tegang (kaku). “Kerasukan,” ucap Fredi, yang juga karyawan PTPN III.
Di ruangan itu, Trisno direbahkan, sembari dipegang erat oleh sejumlah karyawan lainnya. Di dalam ruangan, anggota Polres Siantar Aiptu Sunandar, anggota TNI Praka Arif dan sejumlah lainnya melakukan berbagai tindakan terhadap Trisno.
Tindakan mereka menunjukkan kesan, layaknya berupa upaya mengembalikan kesadaran Trisno dari kerasukan setan. Ada yang menggunakan air putih sambil memegang tasbih, dan ada pula yang menyemburkan kunyahan bawang putih.
Hingga kemudian, Trisno ditangani sepenuhnya oleh Praka Arif dan Aiptu Sunandar, untuk mengembalikan kesadaran pria berusia 30-an tahun tersebut.
Arif tampak mengucapkan sesuatu, lalu ia hembuskan ke telinga Trisno sebelah kanan. Kemudian dilakukan lagi untuk dihembuskan ke telinga sebelah kiri. Setelah itu, kondisi kesadaran Trisno mulai membaik. Selanjutnya, tasbih dikalungkan ke lehernya.
Tidak berhenti sampai disana, Praka Arif menekan bagian dada Trisno, dibawa naik ke leher, hingga kemudian seperti ada sesuatu yang ditarik keluar dari mulut. Selanjutnya hasil dari tarikan dihempaskan ke dinding.
Tekanan juga dilakukan bagian lain. Tidak lama setelah itu, sesak dan sakit di perut Trisno, sebagian besar hilang. Sejak saat itu, tubuh Trisno lebih lentur dari sebelumnya. Wajahnya juga lebih cerah.
Ia pun lebih mudah menanggapi pertanyaan rekannya, dan termasuk pertanyaan dari sejumlah jurnalis yang ada di dalam ruangan.
Kepada jurnalis, Trisno mengatakan, ia mendengar seperti suara bisikan gaib, dan menyaksikan dua bayangan yang samar. Bayangan itu, satu ada di depannya, dan satu di belakangnya.
Melalui bisikan, Trisno diajak untuk pergi ke suatu tempat. Namun ajakan itu ia tolak. “Ayo pergi kesana. Tidaklah, disini rame (ramai), kubilang. Disana lebih rame, katanya. Lalu aku terjatuh, perutku sakit, dan tanganku tegang,” ucap Trisno menceritakan hal yang ia alami.
Sementara Fredi mengatakan, sebelum terjatuh, Trisno sempat memanggil dirinya untuk minta tolong. “Fredi sini, sini, panggilnya,” tutur Fredi.
Fredi pun mendatangi Trisno yang sudah terjatuh. Lalu ia bersama rekannya mengevakuasi Trisno ke lingkungan Kantor Afdeling IV Kebun Bangun yang jaraknya dari lokasi penanaman sekira 250 meter. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post