SBNpro – Siantar
Hanya dibantu oleh dua orang karyawan dan peralatan seadanya, Alvon Panjaitan warga Gang Ramos, Jalan Bahkora, Kelurahan Pematang Marihat, Kecamatan Siantar Marimbun Kota Pematangsiantar ini mampu menghasilkan 5 sampai 10 gitar akustik per bulan. Walau terlihat dikerjakan sangat sederhana, tapi kualitasnya tak berbeda jauh dengan Gitar merk terkemuka di pasaran.
Walau seluruhnya merupakan gitar akustik, namun desain yang ditampilkan sangat bervariasi. Jenis yang dibuat tidak hanya 6 senar, yang 12 senar juga pernah dibuatnya. Untuk harga, Alvon masih mematok di angka Rp 500.000 sampai Rp 1.5 juta.
Berangkat dari hobinya bermain gitar, lelaki ini mampu membiaya satu orang istri dan anaknya yang masih berusia sekitar 3 tahun. Dia juga memberi merk untuk gitarnya, Eli Instrument. Tak hanya itu, kini dia juga telah mampu menjelma sebagai “induk” bagi 2 orang pekerja yang sehari-hari membantunya dalam membuat gitar.
Dalam menjalani usaha sebagai produsen gitar akustik di Kota Siantar, aku Alvon, dia mengalami sedikit kesulitan dalam mendapat bahan kayu kualitas terbaik untuk diolah menjadi gitar.
“Ya ginilah bang, namanya usaha pasti ada naik turunnya. Selain soal pasar, bahan baku juga agak sulit didapat. Terkadang, saya harus datangkan bahan langsung dari pulau Jawa,” katanya, Rabu (28/03/18).
Sebelum menggeluti bisnis di sektor produksi gitaraAkustik, alumni Etnomusikologi Univerrsitas Sumatera Utara ini sempat menjadi tenaga pengajar di salah satu kursus musik swasta ternama di Kota Medan.
“Dari dulu saya memang hobi main gitar, kuliah saya juga untuk memperdalam pengetahuan tentang gitar,” katanya.
Disinggung mengenai alasan pindah profesi dari staf pengajar menjadi produsen gitar, penggemar Fransisko Tarrega (Gitaris Klasik asal Autria yang hidup di tahun 1802 an) ini mengaku, kepuasan untuk mengaplikasikan pengetahuannya dapat lebih terpenuhi ketika merancang sebuah gitar.
“Yah gimana ya, kek nya lebih bisa total aja menuangkan ilmu di sini,”katanya sembari mengaku, bisnis produksi gitar akustik ini baru sekitar 3 tahun ini digelutinya.
Mengenai pasar, Alvon berpendapat jika potensi pasar terkait industri kreatif seperti yang dilakoninya ini tetap menjanjikan. Hanya saja, sejauh ini hasil produksi gitar miliknya masih di jual di pasaran Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar.
“Saya selalu meng update desain gitar saya agar selalu sesuai dengan keinginan pasar. Jika tak ada halang rintang, saya ingin memasarkan produk saya ini menjadi produk nasional bahkan internasional,” katanya
Sejatinya, kata Alvon, dia mampu memproduksi lebih dari 10 gitar akustik dalam sebulan. Hanya saja, saat ini dia kekurangan bahan baku. Selain itu, permodalan juga masih menjadi kendala.
Penulis : Rendi Aditia
Editor : Sitanggang
Discussion about this post