SBNpro – Siantar
Aksi unjuk rasa guru dan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun pada 20 Juli 2023 yang lalu, terindikasi tidak murni dan diduga sarat akan kepentingan sejumlah oknum guru yang ada di sekolah tersebut.
Pada unjuk rasa itu, sejumlah guru dan siswa meminta Kadis Pendidikan Sumatera Utara untuk mencopot Plt Kepala SMAN 1 Dolok Panribuan dari Risma Hutabarat, dengan berbagai alasan yang diduga tidak benar.
Sejumlah siswa SMAN 1 Dolok Panribuan yang ditemui Selasa (01/08/2023), malah tidak mengetahui arogansi seperti yang dilakukan Risma Hutabarat. Padahal ketika unjuk rasa, para siswa menuding Risma arogan.
“Gak tahu (arogannya seperti apa), Pak. Itu guru yang bilang. Guru juga bilang, (Plt) kepala sekolah korupsi,” ucap salah seorang siswa SMAN 1 Dolok Panribuan, saat ditemui di halaman sekolah.
Sebutnya, sejumlah siswa melakukan aksi unjuk rasa, karena diajak oleh guru. Katanya, HPM, salah seorang guru SMAN 1 Dolok Panribuan menjegat siswa di gerbang sekolah. Lalu diajak untuk melakukan aksi unjuk rasa.
Setelah itu, para siswa dibariskan di halaman yang tidak jauh dari gerbang sekolah. Kerika itulah para siswa “dicekoki” HPM, dengan menyebut Plt kepala sekolah arogan, terlibat korupsi dan hal buruk lainnya.
Namun ketika dipertanyakan, seperti apa bentuk arogansi Risma Hutabarat, siswa ini mengaku tidak tahu. Karena hal itu merupakan pernyataan HPM kepada siswa. Siswa ini juga tidak mengetahui, korupsi apa yang dilakukan.
Ditemui di ruangan kerjanya, Kepala Tata Usaha (KTU) Cabang Dinas (Cabdis) Pendidikan Sumatera Utara Wilayah VI Siantar dan Simalungun, Muktar Marbun mengatakan, aksi unjuk rasa siswa pada 20 Juli 2023 yang lalu, karena ada yang mengarahkan.
“Kok tiba-tiba anak-anak begitu cerdas sekali (bercerita arogansi, korupsi dan lainnya). Hasil analisa saya, siswa diarahkan,” ucap Muktar Marbun, didampingi Kepala Seksi (Kasi) SMA Cabdis Pendidikan Sumatera Utara Wilayah VI, Misno.
Dikatakan Muktar, upaya persuasif untuk menuntaskan permasalahan di SMAN 1 Dolok Panribuan telah dilakukan, dengan menggelar pertemuan antara pihak guru dan kepala sekolah di Kantor Camat Dolok Panribuan.
Selain para guru dan kepala sekolah, pertemuan juga diikuti pihak Cabdis Pendiidikan, unsur Muspika Dolok Panribuan dan lainnya. Namun pertemuan tidak berhasil menuntaskan permasalahan.
Lebih lanjut Muktar Marbun menyebut, permasalahan di SMAN 1 Dolok Panribuan telah ditangani Bidang Pembinaan Apartur pada Dinas Pendidikan Sumatera Utara.
Dalam menangani masalah, Tim Pembinaan Apartur dari Medan telah mengunjungi SMAN 1 Dolok Panribuan dan Cabdis Pendidikan Wilayah VI. Serta, telah memanggil dan meminta keterangan tiga guru. Diantaranya, Barma Simanjuntak, Horas P Manulang dan Royman Silalahi. Ketiganya di panggil ke Medan.
“Besok (Rabu, 2 Agustus 2023), Plt kepala sekolah yang dipanggil dan dimintai keterangan,” ungkap Misno.
Sementara, Plt Kepala SMAN 1 Dolok Panribuan, Risma Hutabarat, secara tegas membantah apa yang dituduhkan kepadanya. Menurutnya, ia sedang melakukan perubahan di sekolah yang ia pimpin sejak satu tahun lalu.
Perubahan itu, seperti, menghapus sejumlah kutipan yang dapat memberatkan ekonomi orang tua siswa. Diantaranya, meniadakan denda kepada siswa yang menghilangkan kartu ujian, maupun tertinggal dirumah.
Kemudian, meniadakan jual beli lembar soal dan lembar jawaban untuk ujian sumatif. “Guru honor provinsi tidak lagi menyetor Rp 5 ribu per jam ke kepsek (kepala selolah),” tandas Risma Hutabarat.
Lalu, sekolah tidak lagi membebankan biaya pengambilan ijazah bagi siswa yang lulus dari SMAN 1 Dolok Panribuan. “Siswa yang lulus boleh memberikan secara sukarela, dan boleh tidak memberikan,” katanya.
Terhadap pengambilan ijazah, sejumlah alumni yang ditemui selepas mengambil ijazah, mengatakan, ia dan temannya tidak diharuskan untuk membayar. “Seikhlasnya saja, pak,” sebut seorang perempuan bersama dua temannya.
Ketika upaya konfirmasi dilakukan, dengan mendatangi SMAN 1 Dolok Panribuan, Horas P Manulang, Barma Simanjuntak, Roudoh, Royman Silalahi dan Evi Situmorang, tidak berhasil ditemui.
Satpam SMAN 1 Dolon Panribuan, awalnya mengatakan, pihak yang hendak dikonfirmasi sedang mengajar. Lalu, Satpam ini menuju salah satu gedung yang ada di sekolah, guna mempertanyakan kesediaan guru dan tenaga kependidikan untuk wawancara.
Hanya saja kemudian, Satpam SMAN 1 ini mengatakan, ada perubahan roster. Kemudian menyebut, Horas P Manulang sedang tidak berada di sekolah. Sedangkan guru lainnya tidak bersedia. Begitu pula dengan Evi Situmorang, juga disebut tidak bersedia.
Tidak berhasil ditemui di sekolah, upaya konfirmasi melalui panggilan Whatsapp (WA) dilakukan. Sayang, Horas P Manulang dan Barma Simanjuntak tidak “menerima” panggilan suara dari WA. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post