SBNpro – Siantar
Orang gila di Kota Siantar semakin “marak”. Diperkirakan, di awal tahun 2018 ini, jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya.
Jumlah itu bertambah, diduga warga (pedagang kuliner), merupakan “buangan” dari daerah lain. Selain orang gila, jumlah pengemis dan pengamen juga cukup banyak di Kota Siantar.
Semakin berkembangnya jumlah orang gila, pengemis dan pengamen, membuat banyak pedagang resah. Karena pembeli merasa terganggu.
Keresahan itu, seperti dirasakan dan disampaikan Lince Saragih, Minggu (14/1/2018). Untuk itu Lince mendesak Pemko Siantar, melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, supaya melakukan penertiban dan pembinaan terhadap pengamen, pengemis serta orang gila.
Sebab, keberadaan 3 kelompok masyarakat itu, lanjutnya, kerap menimbulkan keresahan tersendiri bagi masyarakat lain. “Bayangin aja ito, ada orang gila yang berkeliaran disamping ito, disaat ito lagi makan. Apa gak hilang selera makan ito,” ujarnya.
Apalagi, sambung Lince, beberapa diantara orang gila ada, tidak jarang mengganggu pelanggan. Terutama terhadap pedagang kuliner yang terdapat di Jalan Sutomo. Persisnya, di depan RSUD Dr Djasamen Saragih.
“Biasanya mereka (orang gila red) hanya melintas dan sesekali duduk disini. Tapi kebanyakan dari mereka tidur di emperan ruko di Jalan Thamrin,” katanya.
Untuk itu, kembali diingatkan Lince Saragih, agar Pemerintah Kota Siantar melakukan penertiban. Atau mengisolasi orang gila yang ada. Sedangkan terhadap pengemis, diharapkan, supaya dibina. Karena kehadirannya menimbulkan keresahan.
Penulis : Rendi Aditia
Editor : Gunawan Purba
Discussion about this post