SBNpro – Simalem Resort
Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Dr Runtung Sitepu, SH, menilai, dewasa ini kehidupan pers di Indonesia mulai memiliki sifat-sifat yang cenderung menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap produk-produk pers itu sendiri.
“Bila institusi pers masih kita yakini mampu menjadi media pemersatu bangsa yang mengandung misi informasi, edukasi dan hiburan, maka inilah saat yang tepat untuk merenungkan kembali arah perkembangan pers kita,” katanya saat membuka secara resmi Kemah Kerja dan Pelatihan Jurnalistik Media Kampus USU 2017, yang diwakili Wakil Rektor I USU, Prof Dr Ir Rosmayati, di Camping Ground Taman Simalem Resort, sepekan lalu.
Di hadapan 48 peserta kemah kerja mahasiswa yang menggeluti kegiatan pers kampus dari berbagai jurusan dan fakultas di USU, Rosmayati mengatakan bahwa tarikan pers industrial di tengah perkembangan teknologi media yang sangat cepat dan dinamis, telah memberikan pengaruh dan dampak yang sangat luas terhadap cara setiap institusi maupun individu dalam menjalankan kegiatan persnya.
“Lembaga atau perusahaan pers terlihat menjadi sangat lemah ketika berhadapan dengan kepentingan-kepentingan bisnis dan kekuasaan mereka sendiri. Itu dapat kita lihat sangat jelas dalam produk pers lokal maupun nasional. Perilaku pers yang makin pragmatis juga didorong oleh keharusan mengikuti kompetisi yang tinggi. Kepentingan-kepentingan umum menjadi sempit ruangannya, dan perilaku pers kita makin kurang sensitif terhadap kepentingan umum,” katanya.
Namun Prof Rosmayati menilai, di penghujung jalan buntu kehidupan pers konvensional, saat ini justru terbuka sebuah celah baru untuk pengembangan pers yang lebih terbebas dari peran ganda tersebut, yaitu melalui tren new media. Dengan adanya teknologi media baru, maka pelaku pers semakin terbuka bagi siapa saja yang ingin menggelutinya. Teknologi informasi berupa online media, telah diadopsi sebagai kultur masyarakat kita saat ini, dan apabila media ini tidak segera diisi dengan tradisi pers yang positif dan konstruktif, maka dikuatirkan ia justru berbalik menimbulkan masalah sosial, bahkan nasional.
“Di sinilah strategisnya kampus sebagai dunia pendidikan untuk membangun role model pers yang berwawasan sosial dan dilandasi nilai-nilai akademis. Kita harus meninggalkan produk pers yang makin dangkal dan vulgar. Media kita harus diisi dengan wawasan yang kuat, sudut pandang yang luas serta prinsip-prinsip yang didasarkan pada kebenaran akademis serta keindahan estetis,” katanya.
Kepala Kantor Humas USU, Elvi Sumanti, mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya USU untuk memperkuat setiap media kampus di tingkat jurusan, fakultas maupun Unit Penerbitan Kampus Mahasiswa (UPKM). “Saat ini masih ada beberapa media kampus yang aktif di USU. Dengan semakin majunya teknologi informasi dan kemudahan mengakses media, kita ingin meningkatkan manfaat dari keberadaan mereka di kampus, di samping usaha untuk memasukkan kekuatan new media sebagai saranaa dan mitra kerja kehumasan. Pers mahasiswa juga didorong untuk meningkatkan standar penyajian produk mereka agar sesuai dengan prinsip jurnalisme, etika pers, serta memiliki kemampuan untuk mengolah dan menyajikan produk-produk ilmiah di kampus dengan bahasa pers agar mudah dipahami publik,” katanya.
Acara Kemah Kerja dan Pelatihan Jurnalistik Pers Mahasiswa USU ini berlangsung selama 3 hari, mulai dari tanggal 12 hingga 14 Desember 2017. Pelatihan yang digabung dengan kegiatan kemah kerja ini dimaksudkan untuk mendapatkan pelatihan yang fokus—berbeda dengan metode kampus sehari-hari—dan dipandu oleh para pemateri dan fasilitator yang terdiri dari para praktisi dan konsultan pers di Medan.
Discussion about this post