SBNpro – Siantar
Satu bulan belakangan ini, aksi unjukrasa tergolong marak di Kota Siantar. Terutama, terkait masalah pelecehan etnis Simalungun. Hal itu diharapkan, dapat segera selesai.
Siapa yang berharap demikian? Ternyata Walikota Siantar, Hefriansyah sangat mengharapkan persoalan etnis Simalungun ditanah leluhurnya dapat segera tuntas.
Mengenai harapan seperti itu, disampaikan Walikota Siantar, melalui Sekda Kota Siantar, Budi Utari di suatu cafe di Jalan Senam, Minggu (06/05/18), saat bincang-bincang dengan sejumlah jurnalis.
Sekda menegaskan, Pemko Siantar sejak dari awal menginginkan persoalan segera teratasi. Hanya saja, dimasa awal, ada sejumlah pelaksana program kebijakan, kurang mampu menjalankan niat baik Pemko Siantar. Sehingga muncul kesan, pemerintah mendiamkan permasalahan.
Malah pada bincang-bincang tadi, Walikota, Sekda dan perangkat Pemko Siantar lainnya, sangat berharap kepada masyarakat etnis Simalungun, untuk membuka ruang dialog terhadap Pemko Siantar.
Dalam harapannya, Sekda sangat menginginkan ada “dialog cinta Simalungun” digelar. Dialog itu, tidak hanya semata untuk menuntaskan masalah.
Namun, bagaimana berdiskusi, agar Simalungun selalu eksis dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Diantaranya, mengenai hal yang pernah ada, namun belakang mulai berkurang, seperti bahasa Simalungun menjadi mata pelajaran di sekolah.
Begitu juga, peran aktif dalam merealisasilan tugu Raja Sangnaualuh dan mendirikan miniatur kerajaan Siantar di Pematang, Kelurahan Simalungun, serta hal lainnya.
Tentunya, lanjut Sekda, hal hal itu harus didiskusikan dengan masyarakat Simalungun. “Tentunya hal itu yang lebih mengerti masyarakat Simalungun,” ucap Sekda.
Pada bincang-bincang dengan jurnalis siang tadi, atas pertanyaan wartawan, Sekda menjelaskan, ketika Gerakan Kebangkitan Simalungun Bersatu (GKSB) menggelar aksi unjuk rasa pertama, saat itu Walikota telah stand by umtuk menerima perwakilan GKSB untuk berdialog.
Hanya saja saat itu, massa GKSB cuma sebentar di Balai Kota, dan langsung menuju gedung DPRD Kota Siantar.
Bahkan, saat massa GKSB di DPRD, Walikota memerintahkan Sekda untuk berdialog dengan massa, pasca difasilitasi DPRD Siantar. Namun ketika itu, perwakilan massa menolak kehadiran Sekda disana.
Pada sisi lainnya, Sekda Siantar, Budi Utari didampingi Kabag Humas dan Protokoler, M Hamam Sholeh, juga menjelaskan, kalau Pemko Siantar tidak “diam”.
Karena upaya “sailent”, sudah berulang kali dilakukan. Dengan menemui sejumlah tokoh Simalungun.
Hanya saja hal itu tidak dipublis, karena Pemko Siantar tidak ingin muncul kesan, pemerintah berupaya mengkotak-kotakkan masyarakat Simalungun.
Dikatakan, upaya Pemko Siantar membuka ruang dialog, juga sudah dilakukan. Saat itu, dengan mengundang tokoh Simalungun ke rumah dinas. Hanya saja, yang hadir jumlahnya tidak signifikan.
Lebih lanjut, Budi Utari yang baru satu bulan lebih menjabat Sekda Siantar, menyatakan trlah jatuh cinta dengan Kota Siantar. Namun ia berharap, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
Editor : Purba
Discussion about this post