SBNpro – Siantar
Kaum marginal di Kota Siantar, diperas. Kali ini terjadi terhadap juru parkir (jukir) yang tidak jarang harus “bertarung” dengan teriknya sinar matahari maupun guyuran hujan, demi mendapatkan setoran, dan sisanya untuk menopang hidup.
Para jukir di Kota Siantar merasa diperas, seiring dengan kebijakan Pemko Siantar yang menaikkan setoran retribusi parkir di tepi jalan umum hingga ke tingkatan “mencekik leher”.
Di sejumlah titik parkir, ada setoran parkir dinaikkan hingga 400 persen dari setoran semula. Dampak dari itu, Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Siantar di Jalan SM Raja, Simpang Jalan Batu Permata Raya pun “diserbu” puluhan jukir, Selasa (06/02/2024).
Dikatakan Fredi Purba, jukir di Jalan Musyawarah, Kelurahan Sukadame, Kecamatan Siantar Utara, menyebut, semula setorannya Rp 50 ribu per hari, lalu dinaikkan menjadi Rp 250 ribu per hari.
“Satu hari itu, paling yang bisa didapatkan cuma (Rp) 150 ribu,” ucap Fredi Purba, yang merasa sangat keberatan terhadap kebijakan Pemko Siantar. Kebijakan itu dinilai tidak masuk akal.
Hal yang sama dirasakan Mangait Sembiring, jukir di Jalan Dr Wahidin dan Jalan Cipto Mangunkusumo, depan dan samping Kedai Kopi Kok Tong.
Kata Mangait, sebelumnya, setoran yang harus ia berikan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) ke Pemko Siantar sebesar Rp 80 ribu per hari. Namun belum lama ini, setoran dinaikkan menjadi Rp 325 ribu per hari.
“Gak dapatlah. Suruh saja pegawai itu disitu satu harian (jadi jukir), pasti gak dapat kalau segitu. Kenaikan ini mematikan kami,” ujar Mangait Sembiring.
Kadis Perhubungan (Kadishub) Kota Siantar Julham Situmorang mengatakan, kenaikan itu terjadi atas rekomendasi dari konsultan yang melakukan penilaian terhadap potensi pendapatan retribusi parkir di tepi jalan umum.
Julham mengakui, nilai kenaikan setoran parkir yang dibebankan kepada jukir, tidak logis. Sehingga sangat memberatkan jukir untuk bisa memenuhi setoran.
Untuk itu, besok, Rabu (07/02/2024) pertemuan antara konsultan dengan para jukir akan digelar di Kantor Dinas Perhubungan Kota Siantar. “Gak logikalah,” tandasnya. (*)
Editor: Purba
Discussion about this post