SBNpro – Siantar
Bercerita tentang guru dan murid (siswa), menjadi hal yang menarik perhatian Ketua DPD Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Kota Siantar, yang juga anggota DPRD Kota Siantar, Frans Herbert Siahaan.
Saat ditemui di ruangan Komisi II DPRD Kota Siantar, Selasa (17/04/18), Frans cukup antusias menyampaikan pendapat, ide maupun gagasan terhadap dunia pendidikan. Terutama, mengenai sikap dan kemampuan guru terhadap murid.
Pria yang cukup lama “menimba” pengalaman hidup di Jakarta ini, sangat berharap kepada Walikota Siantar, agar memiliki program khusus terhadap dunia pendidikan. “Tentunya melalui Dinas Pendidikan Kota Siantar,” ucapnya kemudian.
Ia katakan program khusus, karena ia sangat merindukan sosok guru yang mencintai muridnya, sebagaimana guru itu mencintai anaknya sendiri.
Sosok guru seperti itu, ia harap, banyak lahir di Kota Siantar. Meski Frans Siahaan tidak menampik, memungkinkan sosok guru seperti itu masih ada. Namun jumlahnya, ia perkirakan tidak signifikan.
Mencintai murid seperti anak sendiri, sebut suami boru Lubis ini, selayaknya menjadi hal yang harus diperjuangkan Pemko Siantar dengan serius.
Bila itu tercapai, ia yakini, kemampuan intelektual, emosional dan kemampuan spiritual generasi muda Siantar akan lebih terjamin dimasa depan.
Sebab, dengan rasa cinta saat mendidik anak muridnya, otomatis guru itu memiliki rasa peduli dan kenal dengan karakter muridnya.
Untuk mengenal karakter murid, disadari Frans, bukan hal yang gampang. Hanya saja, dengan membangun rasa sayang, hal itu, tidak pula sulit untuk dilakukan. Sebab, dengan rasa sayang, maka setiap orang akan menaruh rasa peduli terhadap orang yang ia cintai.
Terhadap hal itu, Frans bercerita tentang guru yang mengenal, peduli dan sayang terhadap muridnya. Seperti sejumlah sekolah di pulau Jawa dan sekolah di negara Eropa.
Guru di sejumlah negara Eropa, sebelum masuk ruangan kelas, terlebih dahulu guru disekolah itu berada didepan ruangan kelas. Lalu mengamati siswanya berbaris didepan ruang kelas.
Katanya, sambil berdiri, setiap murid memiliki salam khusus terhadap gurunya. Dimana, masing masing murid, memiliki caranya sendiri untuk bersalaman dengan gurunya.
Salam itu berbentuk rangkaian gerakan, yang berbeda satu sama lainnya. Sedangkan gurunya, juga mengikuti (menselaraskan) setiap gerakan muridnya.
Menariknya, lanjut Frans Herbert Siahaan, karena memiliki rasa sayang dan mengenal muridnya, guru itupun dapat mengetahui, mengikuti dan menselaraskan setiap gerakan salam dari setiap muridnya.
Begitu juga dengan sejumlah sekolah di pulau Jawa. Di salah satu sekolah ia lihat, lagu nasional berjudul “Bagimu Negeri” sangat dihayati oleh guru dan siswanya.
Lagu nasional itu setiap hari dinyanyikan. Maknanya-pun, benar benar dapat dihayati siswa. Untuk bisa dihayati, katanya guru disana, terlebih dahulu harus menghayati lagu itu, dan mengenal karakter siswanya.
Dengan mengenal siswanya, guru dapat mengetahui perkembangan mental dan prestasi siswanya. Guru seperti ini, ia nilai, akan mampu meringankan beban muridnya, disaat muridnya sedang dalam masalah.
Sementara itu, disisi lain, politisi Partai Nasdem ini, juga mengingatkan guru di Kota Siantar, agar tidak semata mengejar prestasi siswa dibidang intelektualitas (intelektual quetion/IQ).
Melainkan, guru juga harus mampu mendidik kemampuan emosional (emotional quetion/EQ) dan kemampuan spiritual (spiritual quetion/SQ) anak didiknya.
Sebab, untuk menjamin sukses, tidak cukup hanya dengan intelektual yang tinggi. Melainkan, harus dibarengi juga dengan kemampuan emosional yang tinggi.
Lalu, untuk mendapatkan kebahagiaan, sangat diperlukan kemampuan spiritual. Sebab, kesuksesan, belum tentu menjamin kebahagiaan.
“Jadi, IQ dan EQ yang tinggi, harus dibarengi dengan SQ yang tinggi pula. Karena setiap manusia, yang dicari adalah kebahagiaan,” ungkap Frans, sembari berharap, IQ, EQ dan SQ pelajar Siantar ditingkatkan.
Editor : Purba
Discussion about this post